Monday, March 20, 2017

Love You Mom




Kasih Ibu tiada taranya
Kasih Ibu tiada tandingannya
Kasih Ibu sepanjang masa
Kasih Ibu membawa kesyurga

Mungkin temen-temen pernah mendengar kalimat diatas, memang begitu adanya. Permasalahannya adalah apakah kita udah merasakan hal yang sama, apakah cinta dan kasih sayang orangtua kita itu terbalas, atau malah bertepuk sebelah tangan.

Mungkin ada yang menjawab, “aku sayang kok dengan Ibu Bapakku” emang iya, tapi apakah kalimat sayang itu  sudah pernah diungkapkan ke mereka sebagaimana kalimat yang sering kamu ungkap kepada kekasihmu. “Aku sering kok mengungkapkannya,” emang iya, tapi apakah segala perbuatan itu udah sama dengan apa yang ungkapkan. Apakah pernah kangen dengan mereka disaat mereka jauh? Dan apakah pernah galau saat mereka menegur dengan sedikit marah kepada kita?, hmmmmmmmmmmmmm jawabannya ada ditangan kita kok. J

Baiklah, melalui blog ini saya akan coba mengingat kembali sebuah kisah tentang betapa besarnya kasih sayang orangtua kita kepada anaknya.

Kisah ini berawal dari seorang anak laki-laki bernama Udin yang baru saja meluluskan pendidikannya di SMA, namun sayang pada saat kelulusannya dia tidak pernah menyertakan atau mengajak ibunya. Udin merupakan satu-satunya anak yang dimiliki oleh ibu Suti, dan anugrah dari Tuhan yang sangat berharga bagi diri ibu Suti.

Ayah Udin meninggal dunia saat dia masih dalam kandungan, hanya Udinlah yang menjadi tumpuan hidup ibunya sehingga dia kuat untuk menjalani hidup.
Pada suatu saat Udin berkata pada ibunya : “ Ibu, aku malu sama teman-temanku, mereka memiliki ibu yang sempurna secara fisik dan mereka bangga terhadap ibu mereka, tapi aku bu, mengapa aku memiliki ibu yang buta. Andai saja aku tau, aku dilahirkan oleh seorang ibu yang buta maka aku lebih memilih untuk tidak dilahirkan”
Mendengar kata-kata yang keluar dari mulutnya ibu Suti berkata : “ Nak, ibu memang buta, tetapi walaupun kau malu dengan keadaan fisik yang ibu miliki, ibu tetap sayang padamu nak.
Udinpun menjawab : “ Bu, semua teman-temanku selalu menghinaku, bahkan tidak ada satu perempuanpun yang suka padaku karena melihat fisik ibu yang tidak sempurna. Mereka takut jika kelak menikah denganku anak kami juga akan cacat, buta seperti ibu ”. Mendengar perkataan anaknya ibu Suti begitu terpukul dan menangis, namun demikian ibu Suti tetap sayang dengan anaknya Udin dan tak henti-hentinya ibu itu berdo’a untuk anaknya.

Detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, akhirnya Udin menyelesaikan pendidikan S1 di Fakultas Teknik. Betapa bangganya hati ibu Suti mendengar anaknya akan diwisuda dan menjadi seorang Insinyur, tak sia-sia pengorbanan ibu Suti selama ini dengan berjualan di pasar untuk menyekolahkan Udin, tak kenal lelah bu Suti berkerja walaupun dalam keadaan matanya yang buta. Sampailah saat yang ditunggu-tunggu, saat Udin dan yang lainnya akan diwisuda. Teman-teman Udin berserta orang tuanya dan keluarga berkumpul menantikan acara dimulai, tetapi ibu Suti sama sekali tidak diajak Udin untuk menghadiri wisuda tersebut.

Akhirnya ibu Suti datang sendiri keacara tersebut, sesampainya ditempat Udin akan diwisuda, betapa bahagianya hati sang ibu Suti mendengar nama anaknya dipanggil kedepan dengan nilai terbaik. Namun tidak Udin, dia sangat malu terhadap teman-teman dan kekasihnya ketika mengetahui ibunya juga hadir di acara wisuda itu, acara yang seharusnya menurut Udin membuatnya bahagia.
Pada saat itu, ibunya mendekati Udin sambil meraba-raba wajah anaknya, dan kekasih Udin bertanya pada Udin : “ Siapa perempuan buta itu ? Udin tidak menjawab dan hanya diam membisu. Akhirnya ibu Suti berkata bahwa dia adalah ibunya Udin, mendengar ibunya berkata demikian, Udin akhirnya pulang sebelum acara selesai dan meninggalkan ibunya senidirian.

Setelah acara selesai akhirnya ibu Suti juga pulang kerumah tanpa anaknya Udin. Namun siapa yang tau kapan ajal akan tiba, ketika hendak menyebrang jalan ibu Suti meninggal dunia. Hanya tas kecil dan sangat lusuh yang selalu dibawa kemanapun ibu Suti saat berpergian. Betapa terkejutnya Udin ketika pihak rumah sakit mengabarkan bahwa beberapa menit yang lalu ibunya telah meninggal akibat kecelakaan. Dan petugas kepolisian memberikan tas yang dibawa ibunya pada saat menghadiri wisuda, Udin hanya diam duduk menunggu ibunya yang masih dibersihkan dari sisa-sisa darah yang masih menempel di tubunya.

Pada saat menunggu jenazah ibunya, Udin membuka tas kesayangan ibunya yang lusuh dan kumal itu. Disana terdapat foto ibunya ketika mengandung Udin, pada saat Udin masih bayi, dan betapa terkejutnya Udin ketika membaca sepucuk surat yang begitu lusuh yang terdapat didalam tas ibunya. Udin membaca surat tersebut, dan didalam surat itu tertulis :
“ Banjarmasin, 12 Oktober 1984, Anakku Udin yang sangat kucintai, bayi mungilku yang sangat kusayangi, betapa kau sangat berharga dihati ibu nak. Walaupun kau buta dari lahir tetapi ibu sangat menyayangimu, kaulah anugrah terindah yang ibu miliki. Nak, ini adalah surat terakhir yang ibu tulis, karena besok ibu sudah tidak bisa lagi menuliskan kata-kata diatas kertas. Karena besok ibu akan mendonorkan kedua mata ibu untukmu nak, agar kelak kau dapat melihat dan menikmati indahnya dunia, anugrah yang diberikan Tuhan. Nak suatu saat jika ibu sudah tiada dan kau ingin melihat ibu, berkacalah nak, karena dimatamu ada ibu yang selalu menemanimu ”.

Akhirnya tanpa terasa air mata Udin mengalir dan sudah terlambat bagi dirinya untuk membahagiakan ibunya. Udin teringat dengan semua perbuatan yang ia lakukan terhadap ibunya, dia hanya duduk terdiam tersimpuh di depan kaki ibunya yang telah terbujur kaku. Semua telah terjadi dan kini ibunya telah pergi untuk selama-lamanya.

Begitulah kehidupan, datangnya penyesalan selalu diakhir, tapi itu merupakan keagungan Allah untuk menjadikan hamba-Nya makin dekat kepada-Nya.
Orangtua kita tidak pernah meminta segunung emas untuk membalas segala jasa-jasanya, seorang ibu tidak pernah meminta kita untuk meletakkan dunia di tangannya, namun tutur kata yang halus, perangai yang santun, prilaku yang bertanggung jawab dari seorang anak yaitu kebahagiaan bagi seorang Ibu dan kita wajib melakukannya


Ridho Allah itu terletak pada ridhonya orangtua, kalau orangtua ridho kepada kita maka Allah akan ridho kepada kita dan begitu juga sebaliknya.

Sebelum mata rapat terpejam, marilah kita selalu berbakti kepadanya, mendoakannya, berlaku sopan kepadanya, dan selalu mendoakannya dengan deraian airmata.

Moga ini bermanfaat untuk kita semua, amin

Kumpulan catatan motivasi hidup dan yang bisa menginspirasi pembaca seperti cerita motivasi diri, kerja, cinta, islami sebagai gambaran dan contoh hidup agar bisa lebih semangat dan menyadari bahwa hidup itu Indah dan Tenang


EmoticonEmoticon