Kasih
Ibu tiada taranya
Kasih
Ibu tiada tandingannya
Kasih
Ibu sepanjang masa
Kasih
Ibu membawa kesyurga
Mungkin
temen-temen pernah mendengar kalimat diatas, memang begitu adanya.
Permasalahannya adalah apakah kita udah merasakan hal yang sama, apakah cinta
dan kasih sayang orangtua kita itu terbalas, atau malah bertepuk sebelah
tangan.
Mungkin
ada yang menjawab, “aku sayang kok dengan Ibu Bapakku” emang iya, tapi apakah
kalimat sayang itu sudah pernah diungkapkan ke mereka sebagaimana kalimat
yang sering kamu ungkap kepada kekasihmu. “Aku sering kok mengungkapkannya,”
emang iya, tapi apakah segala perbuatan itu udah sama dengan apa yang
ungkapkan. Apakah pernah kangen dengan mereka disaat mereka jauh? Dan apakah
pernah galau saat mereka menegur dengan sedikit marah kepada kita?,
hmmmmmmmmmmmmm jawabannya ada ditangan kita kok. J
Baiklah,
melalui blog ini saya akan coba mengingat kembali sebuah kisah tentang betapa
besarnya kasih sayang orangtua kita kepada anaknya.
Kisah
ini berawal dari seorang anak laki-laki bernama Udin yang baru saja meluluskan
pendidikannya di SMA, namun sayang pada saat kelulusannya dia tidak pernah
menyertakan atau mengajak ibunya. Udin merupakan satu-satunya anak yang
dimiliki oleh ibu Suti, dan anugrah dari Tuhan yang sangat berharga bagi diri
ibu Suti.
Ayah
Udin meninggal dunia saat dia masih dalam kandungan, hanya Udinlah yang menjadi
tumpuan hidup ibunya sehingga dia kuat untuk menjalani hidup.
Pada suatu saat Udin berkata pada ibunya : “ Ibu,
aku malu sama teman-temanku, mereka memiliki ibu yang sempurna secara fisik dan
mereka bangga terhadap ibu mereka, tapi aku bu, mengapa aku memiliki ibu yang
buta. Andai saja aku tau, aku dilahirkan oleh seorang ibu yang buta maka aku
lebih memilih untuk tidak dilahirkan”
Mendengar
kata-kata yang keluar dari mulutnya ibu Suti berkata : “ Nak, ibu memang buta,
tetapi walaupun kau malu dengan keadaan fisik yang ibu miliki, ibu tetap sayang
padamu nak.
Udinpun
menjawab : “ Bu, semua teman-temanku selalu menghinaku, bahkan tidak ada satu
perempuanpun yang suka padaku karena melihat fisik ibu yang tidak sempurna.
Mereka takut jika kelak menikah denganku anak kami juga akan cacat, buta
seperti ibu ”. Mendengar perkataan anaknya ibu Suti begitu terpukul dan
menangis, namun demikian ibu Suti tetap sayang dengan anaknya Udin dan tak
henti-hentinya ibu itu berdo’a untuk anaknya.
Detik
berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, akhirnya Udin
menyelesaikan pendidikan S1 di Fakultas Teknik. Betapa bangganya hati ibu Suti
mendengar anaknya akan diwisuda dan menjadi seorang Insinyur, tak sia-sia
pengorbanan ibu Suti selama ini dengan berjualan di pasar untuk menyekolahkan
Udin, tak kenal lelah bu Suti berkerja walaupun dalam keadaan matanya yang
buta. Sampailah saat yang ditunggu-tunggu, saat Udin dan yang lainnya akan
diwisuda. Teman-teman Udin berserta orang tuanya dan keluarga berkumpul
menantikan acara dimulai, tetapi ibu Suti sama sekali tidak diajak Udin untuk
menghadiri wisuda tersebut.
Akhirnya
ibu Suti datang sendiri keacara tersebut, sesampainya ditempat Udin akan
diwisuda, betapa bahagianya hati sang ibu Suti mendengar nama anaknya dipanggil
kedepan dengan nilai terbaik. Namun tidak Udin, dia sangat malu terhadap
teman-teman dan kekasihnya ketika mengetahui ibunya juga hadir di acara wisuda
itu, acara yang seharusnya menurut Udin membuatnya bahagia.
Pada
saat itu, ibunya mendekati Udin sambil meraba-raba wajah anaknya, dan kekasih
Udin bertanya pada Udin : “ Siapa perempuan buta itu ? Udin tidak menjawab dan
hanya diam membisu. Akhirnya ibu Suti berkata bahwa dia adalah ibunya Udin,
mendengar ibunya berkata demikian, Udin akhirnya pulang sebelum acara selesai
dan meninggalkan ibunya senidirian.
Setelah
acara selesai akhirnya ibu Suti juga pulang kerumah tanpa anaknya Udin. Namun
siapa yang tau kapan ajal akan tiba, ketika hendak menyebrang jalan ibu Suti
meninggal dunia. Hanya tas kecil dan sangat lusuh yang selalu dibawa kemanapun
ibu Suti saat berpergian. Betapa terkejutnya Udin ketika pihak rumah sakit mengabarkan
bahwa beberapa menit yang lalu ibunya telah meninggal akibat kecelakaan. Dan
petugas kepolisian memberikan tas yang dibawa ibunya pada saat menghadiri
wisuda, Udin hanya diam duduk menunggu ibunya yang masih dibersihkan dari
sisa-sisa darah yang masih menempel di tubunya.
Pada
saat menunggu jenazah ibunya, Udin membuka tas kesayangan ibunya yang lusuh dan
kumal itu. Disana terdapat foto ibunya ketika mengandung Udin, pada saat Udin
masih bayi, dan betapa terkejutnya Udin ketika membaca sepucuk surat yang
begitu lusuh yang terdapat didalam tas ibunya. Udin membaca surat tersebut, dan
didalam surat itu tertulis :
“
Banjarmasin, 12 Oktober 1984, Anakku Udin yang sangat kucintai, bayi mungilku
yang sangat kusayangi, betapa kau sangat berharga dihati ibu nak. Walaupun kau
buta dari lahir tetapi ibu sangat menyayangimu, kaulah anugrah terindah yang
ibu miliki. Nak, ini adalah surat terakhir yang ibu tulis, karena besok ibu
sudah tidak bisa lagi menuliskan kata-kata diatas kertas. Karena besok ibu akan
mendonorkan kedua mata ibu untukmu nak, agar kelak kau dapat melihat dan
menikmati indahnya dunia, anugrah yang diberikan Tuhan. Nak suatu saat jika ibu
sudah tiada dan kau ingin melihat ibu, berkacalah nak, karena dimatamu ada ibu
yang selalu menemanimu ”.
Akhirnya
tanpa terasa air mata Udin mengalir dan sudah terlambat bagi dirinya untuk
membahagiakan ibunya. Udin teringat dengan semua perbuatan yang ia lakukan
terhadap ibunya, dia hanya duduk terdiam tersimpuh di depan kaki ibunya yang
telah terbujur kaku. Semua telah terjadi dan kini ibunya telah pergi untuk
selama-lamanya.
Begitulah
kehidupan, datangnya penyesalan selalu diakhir, tapi itu merupakan keagungan
Allah untuk menjadikan hamba-Nya makin dekat kepada-Nya.
Orangtua
kita tidak pernah meminta segunung emas untuk membalas segala
jasa-jasanya, seorang ibu tidak pernah meminta kita untuk meletakkan dunia
di tangannya, namun tutur kata yang halus, perangai yang santun, prilaku yang
bertanggung jawab dari seorang anak yaitu kebahagiaan bagi seorang Ibu dan kita
wajib melakukannya
Ridho
Allah itu terletak pada ridhonya orangtua, kalau orangtua ridho kepada kita
maka Allah akan ridho kepada kita dan begitu juga sebaliknya.
Sebelum
mata rapat terpejam, marilah kita selalu berbakti kepadanya, mendoakannya,
berlaku sopan kepadanya, dan selalu mendoakannya dengan deraian airmata.
EmoticonEmoticon